07 Oktober 2008

Gulistan


Gulistan
Keluaran: Nuun
Oleh: Syeikh Musliuddin Sa’di Shirazi
Halaman: 524 mukasurat
Salam

Ketika membacanya, seolah-olah kita memasuki pintu-pintu yang membuat iman dan cinta kembali hidup. Menurut penulisnya, hanya melalui jalan cinta dan iman seseorang dapat memetik hikmah tertinggi yang dengan itu seseorang memperoleh pencerahan dan penyaksian luasnya kasih sayang Allah swt.

Setiap detik kita menarik nafas kehidupan
Aku yakin, tidak banyak lagi yang tersisa
Wahai engkau, yang terlena selama limapuluh tahun
Bisakah menebus kelengahanmu hanya dalam waktu lima hari ?
Genderang telah dipukul, waktu telah mendekat,
Tetapi mengapa mereka tidak segera mempersiapkan diri ?

Siapapun yang datang ke suatu tempat dan membangun gedung baru
Lalu dia pergi sebelum pekerjaan itu selesai
Maka sia-sialah mengharap orang lain akan menyambungkan pembangunan itu
Kerana pada akhirnya gedung itu tidak akan pernah siap dibangunkan
Siapkan bekalmu untuk perjalanan kalian menuju pusara masing-masing
Kerana tidak ada seorangpun yang akan mengirimkan ke pusaramu
Hanya sedikit waktu yang tersisa
Tetapi orang-orang tetap malas

Dengarkan baik-baik dan resapkan dalam hatimu nasihat dari Sa’di
Kerana ini adalah jalan yang harus dilalui setiap manusia
Bahagian terbesar dari tubuh manusia berada di wilayah perut
Jika secara teratur perut dikosongkan (dengan berpuasa),
Maka tidak akan ada kekhawatiran
Tetapi jika perut ditutup seperti tidak akan dibuka lagi
Maka mungkin jiwa akan putus asa
Dan juga jangan dibuka seperti tidak akan ditutup lagi
Pergi dan bersihkan tanganmu dari kehidupan duniawi



“Singkatnya, aku tidak boleh menahan lidahku untuk tidak berbicara dengannya. Aku yakin memalingkan wajah pada saat berbicara, adalah tindakan yang tidak baik. Apa lagi dia adalah teman yang sangat menyenangkan.”


Saat engkau berkelahi dengan seseorang
Pertimbangkanlah, apakah engkau
Meninggalkannya
Atau dia yang meninggalkanmu



Saat pagi hari, temanku mengisi ke dalam jubahnya dengan berbagai macam bunga, seperti bunga sepatu, bakung dan rerumputan segar untuk dibawa ke kota. Aku berkata kepadanya, “Engkau tahu bunga-bunga di taman itu akan mati dan musim akan sering berganti. Bak kata ahli falsafah, “Apa saja yang tidak abadi, tidak akan dihargai.”

Temanku kemudian menanyakan, “Lalu apa yang harus kulakukan ?”
“Aku akan menulis buku untuk menghiburkan orang yang membacanya, dan sebagai pedoman pada siapa yang menginginkan Taman Bunga, “Gulistan”, yang daunnya tidak boleh disentuh kesewenang-wenangan pergantian musim. Apa gunanya seikat bunga untukmu?. Ambillah sehelai daun dari “Taman Bungaku”.
Setelah mendengarkan kata-kataku, dia membuang bunga-bunga itu dari jubahnya, dan berlari menujuku sambil berkata, “Saat seorang teman yang baik hati berjanji, dia akan selalu menepati kata-katanya”.

Pada hari itu juga aku terus menulis dua bab, dengan judul kesopanan dalam masyarakat dan adab berbicara. Singkatnya, beberapa bunga-bunga di taman masih ada, saat buku Taman Bunga diselesaikan. Tetapi ianya baru benar-benar sempurna setelah diterima di istana shah. Bacalah dengan teliti dan hati yang terbuka. Diharapkan buku ini bisa menghibur dan tidak membosankan, kerana Taman Bunga adalah tempat yang menyenangkan.

Buku ini merupakan buku sastra persia yang sangat populer. Mungkin setanging dengan Mantiq alTayr / Musyawarah Burung (Fariduddin al-Atthar) dan Matsnawi-i (Jalaludin Rumi)

Tiada ulasan: