14 Julai 2009

Jejak-jejak Wali Allah


Jejak-jejak Wali Allah
Melangkah Menuju Gerbang kewalian Bersama Syeikh Abu Hasan Al-Syadzili ra
Kitab Asal: Durrat al-Asrar wa Tuhfat al-Abrar fi Aqwal wa Afál wa Ahwal wa Maqamat wa Nasb wa karamat wa Adzkar wa Da’wat Asy-Syaikh Abu al-Hasan asy-Syadzili ra
Oleh: Muhammad Ibn Abi Qasim al-Humairi.
Keluaran: Penerbit Erlangga
Halaman: 424 mukasurat

Salam

Nama lengkap al-Syadzili ra (1197M-1258M) adalah Abu Hasan al-Syadzili al-Hasani bin Abdullah Abdul Jabbar bin Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay bin Yusuf bin Yusya’ bin Ward bin Baththal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad anak pemimpin pemuda ahli syurga dan cucu sebaik-baik manusia:Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a dan bin Fatimah al-Zahra’binti Rasulullah saw.

Kitab ini tidak hanya memuatkan manaqib (biografi) Imam Syadzili ra beserta karamah-karamah beliau, namun juga menghuraikan dengan indah berbagai pelajaran rohani (batin) secara lengkap di antaranya:
1. Derajat kewalian dan langkah-langkah untuk mencapainya.
2. Mutiara Ma'rifat Imam Syadzili ra
3. Wirid, untaian doa dan zikir
4. Hizib-hizib Imam Syadzili ra dan cara mengamalkannya beserta faedah dan kegunaannya. Antara Hizib-Hizib adalah:
Hizib al-Fath (Hizib Pembuka) atau Hizib an-Nur (Hizib Cahaya)
Hizib Mulia dan Hizib Agung: Hizib al-Barr (Hizib Daratan)
Doa Keberkahan atau yg dikenali dgn Hizib al-Bahr (Hizib Lautan)
Hizib al-Hamd (Hizib Pujian)

Berkata Ibnu Athaillah al-Sakandari ra: “Ia tidak memasuki jalan kaum sufi sebelum mempersiapkan diri untuk berdebat tentang ilmu-ilmu zahir”.
Janganlah kalian menyebarkan ilmumu agar manusia membenarkanmu, tetapi sebarkanlah ilmumu agar Allah membenarkanmu.
Hakikat mencintai adalah memandang yang dicintai terang-terangan. Kesempurnaannya adalah kesirnaan dirimu dalam setiap saat dan waktu.

Perhatikanlah keberadaanmu, apakah kamu ada untuk dirimu dengan sesuatu atau bahkan Allah ada untukmu dengan karunia-Nya.? Begitu kamu mengetahui karunia Allah kepadamu dalam gerak-geri sesuatu dari pengetahuan dan usahamu, maka tenggelamkanlah semua itu dalam karunia Allah terhadapmu sebelum ia menenggelamkanmu.

Semoga Allah melembutkan hatimu seperti hati orang-orang pilihan, melimpahkan berkah untukmu dalam apa yang Dia berikan dan menutup akhirmu dengan kebahagian.

Akhir kata suka sgt dgn kitab nie.. MySpace

02 Julai 2009

Rindu Tanpa Akhir


Rindu Tanpa Akhir
Al-Mahabbah wa al-Syawq Wa al-Uns Wa al-Ridha
Oleh: Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali ra.
Keluaran: Serambi
Halaman: 328 mukasurat

Salam

Rindu Tanpa Akhir telah membantu jutaan kaum beriman, dari masa ke semasa bagi mencapai kehidupan yang bermakna dengan mengembangkan kemampuan mereka mengelola cinta. Imam al-Ghazali ra mengupas secara menyeluruh tentang hakikat cinta, sebab-sebab mahupun tanda-tandanya, cara mencintai dan dicintai Allah, kelazatan kerinduan rohani serta bagaimana emosi yang sangat luar biasa itu dapat mengubah arah kehidupan seseorang menuju kebahagian abadi. Kitab Al-Mahabbah wa al-Syawq Wa al-Uns Wa al-Ridha ini adalah bahagian keenam dalam jilid keempat kitab Ihya’ Ulumiddin.

“Wujud paling jelas dan nyata adalah Allah swt. Semestinya Dia dikenal dan diketahui lebih dahulu dibanding yang lainnya. Dia juga yang paling mudah diterima akal. Namun, kenyataan yang terjadi malah sebaliknya.”

Sayang, hanya sedikit yang mempercayai cinta kepada Allah. Bahkan, sebahagian mereka mengingkari kemungkinan keberadaannya. Dalam pandangan mereka, cinta kepada Allah tidak lain adalah upaya sungguh-sungguh dan terus menerus untuk taat kepada-Nya. Mereka lupa, cinta yang hakiki mustahil terjadi tanpa bentuk dan peragaan.

Cinta kepada Allah dan Rasulullah saw itu wajib bagi setiap insan.
Bagaimana mungkin akan diwajibkan kalau pada kenyataannya cinta itu bukan sesuatu yang memang ada ?.
Bagaimana mungkin cinta ditafsirkan sebagai ketaatan, padahal ketaatan hanyalah buah dari cinta ?.

Allah swt mewahyukan kepada Nabi Dawud as.:
“Banyak orang mengaku cinta kepada-Ku, pada hal sebenarnya bohong belaka. Bagaimana tidaknya, ketika malam mulai kelam ia malah tidur meninggalkan Aku. Bukankah orang yang jatuh cinta ingin selalu berjumpa dengan kekasihnya ?. Inilah Aku ! Aku hadir dihadapan orang-orang yang mencari-Ku.”
“Wahai hamba-Ku, demi hakmu, Aku mencintaimu.
Dan, demi hak-Ku padamu, hendaklah kamu mencintai-Ku !”
Allah swt mewahyukan kepada Nabi Dawud as.:
“Kalau saja orang yang merenungkan Aku itu tahu, betapa Aku menunggu kedatangan mereka, betapa Aku selalu menemani mereka dan betapa Aku rindu untuk menyingkapkan kemaksiatan dari mereka, maka pastilah mereka akan mati kerana rindu bertemu Aku. Tulang belulang mereka juga pasti terpotong-potang kerana kecintaan mereka kepada-Ku. Wahai Dawud as, inilah kehendak-Ku terhadap orang-orang yang merenungkan Aku. Bayangkan bagaimana kehendak-Ku kepada orang-orang yang mengadap Aku ?. Wahai Dawud as, sesuatu yang paling aku perlukan dari seorang hamba adalah ketika ia tidak lagi memerlukan Aku ( untuk memenuhi keinginannya itu). Sesuatu yang paling aku sayangi pada hambaku adalah ketika ia merenungkan Aku. Dan, sesuatu yang paling agung bagi-Ku adalah ketika ia kembali kepada-Ku”.
Aku tinggalkan apa yang kuinginkan.
Demi apa yang Dia inginkan.
Salah seorang ahli mukasyafah yang juga pencinta pernah berkata:
”Aku menyembah Allah swt selama tiga puluh tahun, dengan amalan hati dan anggota tubuh. Aku kerahkan seluruh daya dan kekuatan dengan penuh kesungguhan, sampai aku mengira bahawa aku telah mendapatkan sesuatu di sisi Allah swt.” Setelah mengatakan itu, ia menyebutkan ketersingkapan beberapa tanda langit dalam sebuah cerita yang sangat panjang. Di akhir ceritanya itu, ia berkata, ”Kemudian sampailah aku pada sebuah saf atau barisan para malaikat yang jumlahnya sebanyak makhluk Allah seluruhnya. Aku bertanya, ’Siapakah kalian semua ?’ Mereka menjawab, ’Kami adalah para pencinta Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia. Kami menyembah-Nya di sini sejak tiga ratus ribu tahun. Tidak ada sesuatu pun yang terlintas di hati kami selain Dia. Tidak ada yang kami sebut-sebut kecuali Dia semata.’ Mendengarkan itu, akupun berkata dalam hati, ’Sungguh aku merasa malu dengan amal-amalku. Lalu aku serahkan saja semuanya kepada Zat yang berhak memberikan ancaman agar Dia meringankan aku di Jahanam.’”

Akhir kata sebuah kitab yang amat3 baik. MySpace